Kamis, 25 Maret 2010

Hari Kebangkitan yang Indah, Ceria dan Damai



HARI KEBANGKITAN

YANG INDAH, CERIA DAN DAMAI

Menurut H.E Semedi, kelahiran kembali ke alam nyata senantiasa dinyatakan di dalam Al Qur’an dengan perkataan “menghidupkan kembali”, “menciptakan kembali”, sedangkan kebangkitan Ruh di alam ghaib, pada umumnya dinyatakan dengan kata “membangkitkan”. Saat kebangkitan Ruh di alam akhirat itulah yang disebut dalam bahasa Arab qiyaamatu. Jadi, hari qiyamat berarti hari kebangkitan, bukan hari kehancuran total sebagai akhir zaman seperti yang selama ini kita tafsirkan. Demikian juga kata ajal (ajalum musammaa) dalam bahasa Arab yang seharusnya ditafsirkan sebagai kurun waktu tertentu (term), sering ditafsirkan sebagai mati atau kematian (qoyama, qoyum arti harfiahnya adalah berdiri).

Dalam masalah qiyaamat ini H.E Semedi menganjurkan agar kita menghayati Surat AL QIYAAMAH, dimana isi dari ayat-ayatnya pun ternyata tidak menyinggung masalah kehancuran total sebagaimana yang kita bayangkan selama ini. Surat Al Qiyaamah menceritakan keraguan orang-orang kafir atau orang-orang fasik akan hari kebangkitan dan rasa takut mereka saat menghadapai sakaratul maut. Pada saat menjelang maut itu Allah memutar ulang rekaman perjalanan hidupnya dan akhirnya dia sendiri yang menjadi saksi atas dirinya sendiri.

Hal ini berbeda keadaannya bagi orang-orang mukmin, wajah mereka pada saat itu berseri-seri, karena melihat wajah Tuhan-nya, mereka mendapat rahmat Allah.

H.E Semedi mengajak kita untuk berfikir dan merenungkan kembali mengenai makna hari kebangkitan (qiyaamah) yang selama ini kita anggap sebagai hari kehancuran total atau hari akhir zaman melalui ayat yang lain :

DAN ALLAH, DIALAH YANG MENGIRIMKAN ANGIN, LALU ANGIN ITU MENGGERAKKAN AWAN, MAKA KAMI HALAU AWAN ITU KE SUATU NEGERI YANG MATI, LALU KAMI HIDUPKAN BUMI YANG TELAH MATI DENGAN HUJAN ITU. DEMIKIANLAH KEBANGKITAN ITU (FAATHIR 35 : 9).

Dari Surat Faathir 35 : 9 tersebut bisa kita bayangkan bahwa hari kebangkitan adalah suatu musim semi yang indah penuh keceriaan dan kedamaian. Hari kebangkitan sama sekali tidak menggambarkan sesuatu yang sangat mengerikan, tidak menggambarkan suatu kehancuran total seperti dongeng yang selama ini pernah kita dengar sebelumnya…

Perhatikan juga Surat Ar Ruum 30 : 19.

Dengan demikian kita bisa memahami bila H.E Semedi berpendapat bahwa Ruh akan dibangkitkan dan dilahirkan kembali setelah dalam kurun waktu tertentu di alam kubur, tanpa harus menunggu sampai hari akhir zaman… Kurun waktu tertentu itu lamanya tergantung kepada amal perbuatannya serta kadar keimanannya masing-masing.



[ Kembali ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar